GUGUR
DAN BERSEMI
Siang itu di sebuah Rumah Sakit,
Semenjak divonis
menderita talasemia, wajah pria paruh baya itu lunglai bersama istrinya. Air
mata telah jatuh deras menuruni pipi sang istri. Bocah kecil berusia 4 tahun
itu pun memperhatikan mereka dengan penuh tanya
“ mengapa mereka berdua tampak
sedih ? ”. Sang istri semakin kuat mendekap bocah
itu ke pangkuannya, seakan tak ingin melepaskan begitu saja kasih yang telah
tertanam dalam hati mereka berdua. Di dalam benak mereka penuh tanya “ mengapa
harus kami yang dirundung uji coba seperti ini ? “
Bocah kecil itu
bernama Ragil, tubuhnya kurus dan mungil ,
wajah pucat selalu menyertai dirinya , terkadang dan perlahan darah
keluar dari hidungnya yang mbangir itu, perutnya semakin lama membesar akibat
limpahnya yang membengkak. Separah itukah dirinya ? Ia berjalan tertatih, jika lelah maka orang
tua nya bergantian untuk senantiasa menggendongnya. Seringkali bocah itu
kehilangan waktu untuk belajar bersama teman-temannya di bangku taman
kanak-kanak hanya untuk sekedar transfusi darah setiap bulannya.
“ bunda, Kenapa
Ragil harus di pasang alat seperti ini oleh suster ? “ ia bertanya dengan raut
wajah menatap bundanya, ia tak bisa menahan tangis bahwa betapa sakitnya ketika
suster berusaha memasang alat transfusi darah, perlahan tetes demi tetes mengalir
dalam tubuhnya. Wanita 40 tahun itu memejamkan mata memegang erat tangan mungil
anaknya.
“ sampai kapan kita terus begini pak ? “ ia
bertanya pada suaminya.
“ dokter berkata
bahwa ini penyakit genetik bu, peluang untuk sembuh sedikit “
“ mengapa harus
kita pak, kita dapat uang darimana ? gaji bulanan pun tak cukup untuk
pengobatan ragil ? ia terus menangis menengadah pada Tuhan.
“ bapak mengerti
bu, tiap bulan kita harus ke rumah sakit untuk transfusi darah agar hemoglobin
ragil tetap stabil, belum juga ada pengobatan tradisional yang harus kita
tempuh. Bapak akan berusaha bu “.
Di Suatu
Saat,...
Di rumah mungil
Ragil, disudut kompleks ditepi jalan sempit jauh dari lalu lalang kehidupan
kota. Ragil kecil hanya sendirian di rumah, ia menikmati masa libur musim semi
ini dengan berbaring menonton acara televisi favoritnya. Tiba- tiba ada ketukan
keras di depan pintu, ia bergegas berlari berharap bahwa itu adalah ayah
bundanya yang telah datang. Tapi....
“ selamat siang
tuan...! ” tampak seorang gadis kecil seumuran dengannya tersenyum ramah,
ya..dia adalah Ratih. Gadis kecil penjual kue keliling di kompleks itu, ia
menjajakan dagangannya demi pengobatan ibunya yang sakit. Terkadang, didalam
menjual dagangannya ia merasa lapar, tapi tak sedikitpun ia menyentuh dan
memakan barang dagangannya itu demi rupiah untuk ibunya.
“ ada perlu apa
, ada yang bisa saya bantu ? ” Ragil tersenyum padanya
“ tolong belilah
kue-kue ku, kue ku masih banyak” raut wajah cantik ratih berubah menjadi
gelisah
“ aku tak punya
uang, ayah ibuku belum pulang. Emmm..apa kau seharian ini sudah makan ? “
“ belum dan saya
lapar, belilah kue saya ! “
“ lalu, mengapa
kau tak memakan kue-kue mu itu ?’’
“ aku tak ingin
memakannya demi rupiah untuk ibuku ’’
Ragil bergegas
masuk ke dalam rumah mengambil segelas susu buatan ibunya, diberikannya pada
penjual kue itu.
“ aku membeli
satu kuemu dengan segelas susu ini, bolehkah ? “
Gadis kecil itu
sangat senang, ia mengambil satu kue untuk ragil, dan ia meminum susu itu, lalu
kedua bocah kecil itu saling berkenalan
“ makanlah kue
ini, aku sudah kenyang ” pinta ragil ke gadis itu
“ mengapa kau
memberikan kue ini padaku ? ”
“ karena kau
sangat lapar, supaya kau kuat untuk berdagang ”
Keduanya
tersenyum, dan gadis itu memakan kuenya. Ratih berterimakasih dan bergegas
pergi, percakapan singkat itu akan selalu diingat oleh keduanya
Hingga 15 tahun
kemudian,...
Talasemia Ragil
bertambah parah, Ragil yang sekarang telah duduk dibangku kuliah inipun tampak
sudah tak berdaya. Ayah ibunya yang sudah diujung senja itupun tetap memberikan
yang terbaik untuk Ragil, hingga suatu saat Pihak rumah sakit menyarankan agar
Ragil segera dioperasi untuk pengambilan limpahnya supaya tak semakin parah.
Ayah dan ibunya
menyetujui jika Ragil akan dioperasi, meskipun mereka tak memiliki uang
sebanyak biaya operasi, mereka akan berusaha. Toh...uang bisa dicari, karena
mereka pun begitu sayang terhadap ragil.
Beberapa jam
kemudian, operasi berjalan dengan lancar. Ragil masih terkulai lemas dan
sementara itu ayahnya bergegas pergi ke kasir umtuk melihat biaya operasinya
“ dengan mas
Ragil..? biaya operasi dan rumah sakit anda telah lunas ! ”
“ tak mungkin
sus, kami belum membayar sepeserpun ” bantah ayah ragil
“ Dokter Ratih
yang telah menanggung semua pengobatan pak, dan ini ada surat untuk Ragil ”suster
berusaha untuk menjelaskannya
Sesampainya di
kamar, Ragil perlahan membuka surat itu. Dan isinya...
“ segelas susu itu masih lebih berharga dibanding
ini semua ”
“
Dr. Ratih ”
“
Semoga cepat sembuh Ragil, get well soon ”
Tampak
suara wanita berdiri didepan pintu dengan mengenakan busana dokternya, ia
tersenyum menatap Ragil.
“
bagaimana ini bisa terjadi, dan ternyata kau masih mengingat 15 tahun yang lalu
” Ragil bedecak kagum dan tak percaya bahwa dia akan dipertemukan kembali dengan
penjual kue keliling itu..
“
demi segelas susu ”.
Inilah
hidup, terkadang satu kebaikan akan selalu diingat oleh seseorang. Sesungguhnya
berbuat baik itu mudah jika ada ikhlas didalamnya. Dan Berapa kebaikan yang
anda kerjakan di hari ini ? J
Putri
Diah K,W